Sinopsis dan Ulasan Novel The Lovely Bones

 



Judul                           : The Lovely Bones

Penulis                         : Alice Sebold

Penerbit                       : Gramedia Pustaka Utama

Jumlah Halaman          : 440

 

Tulisan di bawah ini mengandung spoiler!

Suatu hari sepulang sekolah, Susie Salmon hanya ingin sampai di rumah lebih cepat. Cuaca cukup dingin, jadi dia mengambil jalan pintas melintasi ladang jagung di dekat kawasan rumahnya untuk mempersingkat perjalanan. Di tengah ladang, Susie bertemu dengan Mr. Harvey, tetangganya yang terkenal aneh dan penyendiri. Dia sedang melakukan entah apa di tengah ladang jagung tersebut di tengah cuaca yang begitu buruk, di saat orang lain memilih tinggal di rumah dan menikmati minuman hangat. Hal itu membuat Susie kecil penasaran.

Mr. Harvey yang menyadari keberadaan Susie, menunjukkan keramahnnya yang tidak biasa. Ditunjukkannya pekerjaan yang sedang dilakukannya pada Susie. Sebuah lubang galian yang menyerupai benteng perlindungan. Sekali lagi rasa penasaranlah yang membuat Susie terbujuk untuk masuk ke dalamnya. Pada akhirnya dia menyadari ada sesuatu yang salah. Dia berada di suatu tempat sepi dengan seorang pria asing aneh yang membuatnya merasa tidak nyaman. Instingnya mengatakan dia harus segera pergi, tapi terlambat. Segalanya terjadi dengan begitu cepat.

Susie tidak pernah sampai ke rumahnya. Di sebuah rumah tidak jauh dari ladang jagung itu, seorang ibu sedang menunggu putri sulungnya dengan cemas. Tidak biasanya putrinya terlambat. Dan kekhawatirannya semakin menjadi-jadi. Semua orang menunggu. Polisi dipanggil. Tetapi Susie tidak kunjung pulang. Hingga keesokan harinya anjing tetangga membawa sepotong daging yang ternyata adalah potongan lengan manusia yang ternyata adalah milik Susie. Satu per satu barang-barang milik Susie ditemukan. Sebuah buku, sepucuk surat, botol coke, dan topi rajut milik Susie, yang pada akhirnya menjadi salah satu petunjuk penting dalam kasus tersebut.

Susie ingin mengatakan pada semua orang apa yang telah terjadi dan di mana dirinya kini. Tapi Susie hanya bisa menyaksikan semua berjalan tanpa bisa melakukan apapun. Dia harus menyaksikan semua yang berlangsung setelah kematiannya. Dia menyadari bahwa kepergiannya membuat kehidupan orang-orang yang dia tinggalkan tidak lagi sama. Dia harus menyaksikan betapa kepergiannya telah menghancurkan keluarganya secara perlahan. Terlebih saat ibunya memutuskan untuk pergi. Meninggalkan suami dan dua anaknya yang tersisa. Dan yang lebih menyakitkan, dia harus menyaksikan pembunuhnya berkeliaran dengan bebas tanpa kecurigaan apa pun dari kepolisisan.

Tapi tidak dengan Mr. Salmon, ayah Susie. Dengan keyakinan entah dari mana, dia tahu Mr. Harvey lah pelakunya. Namun semua orang tidak percaya padanya dan menganggapnya depresi. Hingga akhirnya, ketika banyak bukti yang mengarah pada Mr. Harvey, pria itu memutuskan untuk pergi. Membawa serta sebuah brangkas besi tua yang di dalamnya terdapat potongan tubuh Susie, untuk kemudian melenyapkannya ke dalam sebuah lubang pembuangan barang bekas. Tempat tidak ada seorang pun tahu bahwa ada jasad Susie di dalamnya.

Kehidupan di dunia terus berlanjut. Ayahnya yang kini sendirian tanpa ibunya mulai menua, dan kedua adiknya tumbuh semakin dewasa. Begitu juga teman-temannya. Tidak peduli sebesar apa keinginannya untuk hidup kembali, dia tidak bisa kembali ke dunia. Dan dia juga harus menyaksikan gadis-gadis lain yang menjadi korban Mr. Harvey sama seperti dirinya. Susie hanyalah satu dari sekian banyak korban Mr. Harvey. Di alam baka, dia bertemu dengan mereka semua. Mereka berkumpul, mengenang kehidupan di dunia. Pada akhirnya semua orang yang berada di alam baka harus pergi ke sebuah tempat yang lebih abadi, tempat di mana mereka tidak lagi bisa mengamati orang-orang di dunia, termasuk Susie.

Meski kematian membawa kehilangan yang teramat dalam untuk mereka yang masih hidup, pada akhirnya akan selalu ada harapan untuk mereka. Akan selalu ada tempat di hati untuk mereka yang telah pergi. Pada akhirnya Susie bisa menerima takdirya, begitu pun dengan keluarganya. Akhirnya Susie bisa pergi, melanjutkan perjalanannya ke tempat di mana dia akan bahagia selamanya dan menyaksikan keluarganya utuh kembali. 

 

***


Berawal dari terbangun di tengah malam dengan kondisi TV masih menyala, saya mendapati sebuah film yang kelihatannya cukup menarik sedang ditayangkan di salah satu stasiun televisi. Tidak lama kemudian muncul tulisan The Lovely Bones di sudut kiri atas sebagai keterangan judul filmnya. Seperti biasa jika mendapati suatu film sedang tayang, saya akan langsung mencari tahu tentang film tersebut. Seperti sinopsisnya dan juga para pemainnya.

Saya mendapati cerita ini cukup menarik namun kelam, dan saya langsung tertarik untuk membaca bukunya. Terlebih cerita sedih mengenai penulisnya yang berusaha menyembuhkan trauma yang dialaminya dengan cara menulis kisah tersebut. Dan ternyata beberapa bulan kemudian adik memiliki buku ini yang tentunya tidak membutuhkan penundaan untuk saya membacanya dan sebentar saja saya sudah terhanyut dalam kisah keluarga Salmon. Buku ini begitu sedih, dan kita dipaksa menyaksikan sesuatu yang tadinya indah untuk kemudian hancur berkeping-keping dan disatukan kembali. Meski pada akhirnya hal tersebut bisa utuh kembali, namun bekas kerusakan itu akan tetap ada selamanya.

Kita harus melihat bahwa terkadang kepergian seseorang meninggalkan luka yang begitu mendalam bagi orang-orang di sekitarnya. Apalagi sebuah kematian tragis yang membuat luka dan trauma tersebut semakin dalam. Kita juga diajak melihat dari sudut pandang Susie yang tidak lagi terhubung dengan kehidupan di dunia tapi juga tidak benar-benar pergi. Dia bisa melihat semuanya tapi tidak berdaya untuk melakukan sesuatu. Bagaimana dia harus merelakan sesuatu yang benar-benar berat. Melepas orang-orang yang teramat dikasihinya dan pergi untuk selamanya. Menyaksikan pembunuhnya tanpa pernah bisa membalaskan kemarahannya.

Semua tokoh seolah dibuat begitu tidak berdaya dan putus asa. Tapi mereka bertahan dengan caranya masing-masing. Bahwa sebesar apapun luka tersebut, hal itu bisa disembuhkan oleh cinta. Bekas luka itu masih akan tetap ada di sana, tapi cinta sanggup menyembuhkan perihnya. Saat seseorang pergi meninggalkan kita, ruang kosong dalam hati itu akan tetap ada dan tidak bisa digantikan oleh siapapun. Tapi cinta dan kenangan indah bisa mengisi ruang itu dengan perasaan hangat.

Dari kisah ini kita dibuat sadar, bahwa tidak semua hal berada dalam kendali kita. Ada Ada hal-hal yang tidak bisa kita lakukan tidak peduli sekeras apa kita mencoba. Tapi pada akhirnya, ada pembalasan untuk masing-masing perbuatan, entah itu baik ataupun buruk.


Komentar