Judul
: Mortal Engines
Penulis
: Philip Reeve
Penerbit
: Mizan Fantasi
Jumlah
Halaman : 322
Tulisan di bawah ini mengandung
spoiler!
Kota-kota
berupa mesin berjalan yang terus bergerak dan berpindah tempat karena permukaan
tanah tak lagi layak huni. Kota-kota saling memangsa satu sama lain untuk
bertahan hidup hingga makin lama jumlahnya makin sedikit. Tom Natsworthy,
seorang sejarawan magang terlahir dan tinggal di kota London, yang merupakan
salah satu kota terbesar yang masih bertahan. Suatu ketika saat Tom sedang
bekerja di museum dan membersihkan debu pada benda-benda tua di sana, dia
merasakan getaran di lantai tempatnya berpijak dan semua benda di
sekelilingnya. London sedang mengejar mangsa, sesuatu yang sudah lama sekali
tidak terjadi. Karena itu adalah kesempatan langka, Tom menyelinap keluar meski
sudah dilarang atasannya untuk menyaksikan London mengejar dan memangsa sebuah
kota kecil bernama Salthook bersama banyak orang lainnya.
Tom
yang seharusnya menyelinap dan kembali secara diam-diam berubah dengan membuat
keributan karena terpancing ejekan salah seorang rekan kerjanya. Hal tersebut
berakhir dengan mereka saling baku hantam sehingga Tom ketahuan dan dihukum
untuk bekerja di perut kota yang pengap dan panas. Di perut kota, tanpa diduga
Tom bertemu dengan Thaddeus Valentine, salah seorang tokoh penting di London
dan dianggap sebagai pahlawan kota. Valentine adalah tokoh idola bagi Tom, dan membuatnya
sangat terkejut karena mengenali Tom yang hanya pekerja magang biasa. Tom
bahkan berkenalan dengan Katherine, putri Valentine yang cantik, yang seketika
membuatnya jatuh hati. Mereka bertiga bahkan berkeliling memeriksa pembongkaran
Kota Salthook yang baru saja dimangsa London.
Pekerjaan
barunya ternyata tidak seburuk yang Tom kira, bahkan ternyata jauh lebih
menyenangkan. Semua berjalan dengan sangat baik hingga tiba-tiba seorang gadis
misterius berusaha menikam Valentine dengan sebilah belati. Aksi tersebut
berhasil digagalkan, dan Tom yang sedang berusaha membuat kagum Valentine dan Katherine,
berusaha mengejar gadis itu. Gadis misterius itu berhasil kabur melalui sebuah
lubang pembuangan setelah sebelumnya menyebutkan namanya pada Tom untuk
disampaikan pada Valentine.
Saat
Valentine menemukannya di samping lubang pembuangan, Tom menceritakan semua
yang terjadi, termasuk nama gadis itu, Hester Shaw. Alih-alih mendapat pujian,
Valentine justru mendorong Tom jatuh melalui lubang yang sama seperti yang
telah dilewati Hester Shaw sebelumnya. Saat terbangun, Tom berada di atas tanah
berlumpur dengan Hester berada di sampingnya dan siluet kota London berada jauh
di cakrawala.
Hester
Shaw memiliki luka parut mengerikan yang melintang dari dahi hingga ke dagu.
Luka yang disebabkan oleh Valentine, yang juga telah membunuh kedua orangtuanya
karena berniat merebut sebuah artefak bernama Medusa yang berhasil ditemukan
oleh ibunya. Karena itulah Hester bermaksud membalas dendam pada Valentine.
Tapi meski sudah mendengar semua hal buruk dan keji yang telah dilakukan oleh
Valentine, Tom tetap menolak semua gagasan buruk tentang pria itu dan
bersikeras bahwa Valentine adalah pria yang baik.
Dalam
keadaan lemah dan putus asa, mereka harus mengarungi tanah berlumpur yang
gersang dan tanpa makanan dengan kaki Hester yang terluka akibat terkena panah
dalam upayanya meloloskan diri dari London, hingga akhirnya mereka bertemu
dengan sebuah desa kecil yang bersedia memberikan mereka tumpangan dengan
bayaran sebuah cakram yang dimiliki Tom hingga mereka bisa pergi ke Gugusan Pertukaran.
Dari Gugusan Pertukaran tersebut mereka berniat mencari sebuah kapal terbang
yang entah bagaimana caranya akan membawa mereka kembali ke London.
Sayangnya,
mereka ditipu dan hendak dijual sebagai budak sesampainya di Gugus Pertukaran.
Mereka berusaha kabur dari tempat mereka disekap dan berhasil diselamatkan oleh
seorang penerbang bernama Anna Fang. Bersama Anna Fang, mereka terbang menuju
sebuah kota apung bernama Airhaven. Belum lama sampai di sana, mereka dikejar
oleh sesosok pemburu (manusia mesin yang dibangkitkan dari orang mati hingga
menjadi sosok tangguh dan tak terkalahkan) bernama Shrike yang diperintahkan
untuk membunuh Tom dan Hester.
Mereka
berdua berhasil kabur dengan sebuah balon udara curian hingga kemudian
menumpang dengan ilegal ke sebuah desa perompak bernama Speedwhell yang sedang
melaju kencang. Mereka lagi-lagi menjadi tawanan hingga akhirnya Tom berhasil
meyakinkan mereka untuk bersekutu. Walikota Speedwell yang tamak ingin menjarah
Airhaven yang sedang diperbaiki karena kebakaran dan kerusakan yang disebabkan
oleh Shrike saat mengejar Tom dan Hester sebelumnya.
Dalam
upayanya, Speedwell berhasil ditenggelamkan oleh pihak Airhaven saat berusaha
menyeberang ke sebuah pulau kecil tempat kota apung itu diperbaiki. Para
pengikut Walikota Speedwell yang tersisa memberontak dan berniat membunuh Tom
dan Hester. Aksi mereka digagalkan oleh Shrike yang ternyata masih hidup
setelah pengejaran yang panjang.
Tom
berhasil membunuh Shrike sebelum makhluk itu membunuh Hester dan mereka
ditemukan oleh Anna Fang yang kembali menolong mereka. Setelah itu Fang
berhasil meyakinkan mereka berdua untuk ikut dengannya ke sebuah kota anti
faksi bernama Batmunkh Gompa, karena Fang ingin menggagalkan apapun rencana
Valentine dengan Medusa. Di sana Tom menemukan Valentine yang sedang menyusup
dan berusaha menghancurkan armada udara. Sayangnya saat dia berusaha
memberitahu yang lainnya semua sudah terlambat. Semua kapal terbang berhasil dihancurkan
dan banyak orang yang meninggal termasuk Anna Fang dalam upaya mempertahankan
tempat tersebut.
Kini
Tom memiliki tekad baru. Dia sudah melihat sendiri kekejian yang mampu
dilakukan oleh Valentine dan dia tidak ingin ada lebih banyak lagi korban berjatuhan.
Jadi dia dan Hester menerbangkan Jenny Haniver, kapal terbang milik Anna Fang,
menuju London untuk menghentikan upaya Valentine dan Magnus Crome, Walikota
London, untuk menghancurkan Batmunkh Gompa.
Hester
mendarat di London seorang diri dengan sebuah misi bunuh diri. Dia sangat yakin
dia akan mati dalam upayanya membunuh Valentine serta menggagalkan upayanya
menggunakan Medusa. Sayangnya upayanya tidak berjalan dengan baik.
Kedatangannya telah diketahui dan dia berhasil ditangkap oleh manusia pemburu
yang digunakan Magnus Crome sebagai penjaga. Keadaan Tom juga tidak lebih baik.
Kapal Tom diserang oleh kapal pengintai milik Valentine sehingga beberapa
bagiannya rusak dan Tom terluka. Beruntung, Tom berhasil menembak jatuh pesawat
pengintai tersebut. Tom bertahan karena teringat janjinya pada Hester untuk
menjemput gadis itu. Tidak peduli seberapa sering Hester menyuruhnya berlari
untuk meyelamatkan diri, Tom akan terus berlari untuk kembali padanya. Tom
menyadari perasaannya untuk gadis itu, lebih dari yang dia kira.
Di
sisi lain, Katherine yang sadar bahwa ayahnya menyembunyikan sesuatu berusaha
untuk mencari tahu. Terlebih setelah dia berhasil mencuri dengar percakapan
antara ayahnya dan Magnus Crome. Dibantu seorang pemuda bernama Bevis Pod yang
bekerja di perut Kota London sebagai ahli teknik magang, yang menyaksikan aksi
percobaan pembunuhan ayahnya dan berada di sana pada hari itu, Katherine
berhasil meyingkap kabut misteri yang berusaha ditutup rapat oleh ayahnya.
Kebenaran yang diketahuinya pada akhirnya membuat Katherine sangat membenci
ayahnya.
Bevis
Pod rela mempertaruhkan segalanya demi membantu Katherine. Berdua, mereka
berusaha untuk menghancurkan Medusa meski hal itu terasa mustahil. Terlebih
saat rencana mereka berhasil diketahui Crome dan mereka nyaris gagal. Mereka
berdua berusaha menyusup ke katedral tempat Medusa berada dengan sebuah bom
rakitan yang tersimpan di tas dan para petugas keamanan yang dikirim untuk
menangkap mereka.
Ketika
hampir sampai di tempat tersebut, Katherine harus menyaksikan Pod tewas secara
mengenaskan di depan matanya karena tertimpa badan pesawat pengintai yang
berhasil ditembak jatuh oleh Tom karena berusaha menyelamatkan Katherine dari
nasib yang sama. Sebagian kota London terbakar karena kejadian tersebut dan
Katherine harus berjuang seorang diri untuk menghancurkan Medusa. Dia harus
bergegas karena tidak banyak lagi waktu yang tersisa, termasuk untuk meratapi
kematian pemuda yang begitu mencintai dirinya hingga rela membahayakan nyawanya
untuk Katherine.
Waktu
berjalan dengan cepat. Hanya Katherine dan Hester yang mampu menghentikan semua
itu. Dan entah bagaimana nasib mereka berdua saling terkait dan terjalin tanpa
pernah mereka sadari sebelumnya. Mereka harus berkejaran dengan waktu sebelum
semuanya terlambat. Mereka tidak boleh menyerah meski nasib baik mungkin tidak
akan berpihak pada mereka. Mereka harus berjuang meski jika nyawa adalah
taruhannya.
Dalam
Mortal Engines, kita dibawa ke sebuah dunia yang sekarat dan rusak. Sebuah dunia
di mana pilihannya hanya memangsa atau dimangsa, dan hanya yang terkuat lah
yang akan bertahan. Novel ini juga telah difilmkan dan dirilis pada tahun 2018
dan dibintangi oleh pemain-pemain muda seperti Robert Sheehan sebagai Tom
Natsworthy dan Hera Hilmar sebagai Hester Shaw. Dan peran sebagai Thaddeus
Valentine jatuh kepada Hugo Waving yang terkenal dengan perannya sebagai
bangsawan elf dalam Trilogi The Lord of the Rings. Peter Jackson yang juga merupakan
sutradara dari trilogi yang sama terlibat di film ini, hanya saja dia memegang
tanggungjawab sebagai produser, bukan sutradara.
Begitu
mendengar keterlibatan Peter Jackson di dalamnya (meski bukan sebagai
sutradara), saya sudah berekspektasi tinggi mengenai film ini, karena dia
adalah salah satu sutradara favorit saya. Akan tetapi saya harus kecewa dengan
filmnya yang terbilang biasa-biasa saja bahkan cenderung membosankan. Film ini
hanya tertolong oleh akting Hera Hilmar yang mampu menghidupkan karakter Hester
Shaw seperti penggambarannya dalam novel, meski dia masih tergolong baru di
industri perfilman Hollywood.
Komentar
Posting Komentar